J.P Baudrillard: Memahami Gaya Hidup Konsumtif dalam Kehidupan Sosial


Gaya hidup konsumtif merupakan pola hidup seseorang dalam membeli barang-barang secara berlebihan dan tidak dibutuhkan secara terencana. Gaya hidup konsumtif tercermin dari cara berpakaian, berpenampilan, dan kecenderungan untuk mengikuti trend terkini supaya terlihat up to date, tidak di anggap kolot, ketinggalan zaman, serta kampungan. Masyarakat dalam memenuhi gaya hidupnya cenderung melibatkan hasrat, sehingga objek konsumsi yang dikonsumsikan lebih kepada pemanfaatan simbol daripada pemanfaatan nilai guna.



Baudrillard menyatakan bahwa dalam masyarakat era postmodernitas, nilai tukar menjadi nilai tanda, konsumerisme masyarakat bukan lagi pada kegunaan suatu barang, bukan juga berdasarkan harga suatu barang melainkan berdasarkan pada nilai prestis dan makna simbolis (Yongky, 2014:23-24). Berdasarkan pemahaman tersebut, dalam membeli suatu barang lebih berorientasi pada nilai simbolis daripada nilai guna, hal tersebut sama halnya dengan pernyataan Baudrillard. Disamping itu dalam mengikuti trend terkini, masyarakat juga mengikuti apa yang lagi sedang heboh maupun viral.

Gaya hidup konsumtif masyarakat memiliki kegemaran dari penggunaan produk-produk bermerek untuk menunjang penampilan yang terlihat modis, dan kegemarannya untuk ngumpul di café-café serta restoran makanan cepat saji yang tidak terlepas dari perkembangan industrialisasi. Dimana kapitalisasi yang terjadi di Kota-kota semakin hari semakin bertambah, dan ini terlihat dari ikon-ikon kapitalisme yang sudah terpampang dan mudah ditemukan disudut-sudut jalan kota, hampir segala jenis, seperti pusat perbelanjaan modern (Mall), restoran makanan cepat saji, serta ragam café yang tersedia. Seolah-olah arus globalisasi yang membawa kapitalisme sudah membendung dan memanjakan para masyarakat untuk mengikuti selera pasar.

Konsumsi di kalangan masyarakat tidak lagi dinilai lagi secara fungsi, tapi diambil alih oleh simbol yang telah melewati proses simulasi yang mengaburkan fungsi itu sendiri. Sehingga yang terjadi adalah tidak adanya timbal balik dalam hubungan sosial. Hubungan sosial bukan lagi karena kebutuhan (nilai fungsi) melainkan diganti pertukaran simbolik (status atau identitas) yang direpresentasikan melalui gaya hidup.

Di dalam ruang lingkup perkotaan perubahan yang terjadi merupakan suatu kepastian dalam roda perjalanan suatu kota, perkembangan sarana konsumsi yang pesat di suatu Kota tidak terlepas dari banyaknya kaum muda yang menghuni kota tersebut. Konsumen muda yang terdiri dari generasi muda maupun milenial, kalangan pelajar dan kalangan mahasiswa menjadi target sasaran bagi pemilik modal.

Keberadaan berbagai pusat berbelanjaan, ragam café serta restoran makanan cepat saji menciptakan budaya konsumsi di kalangan kaum muda. Sebagaimana yang dikatakan oleh Baudrillard, bahwa masyarakat konsumsi itu sendiri tidak terlepas dari arena konsumsi dalam kehidupan shari-hari, dengan banyaknya arena konsumsi tersebut maka sebagian waktu mahasiswa dihabiskan untuk ngumpul di café-café dan jalan-jalan ke mall.

Sebagai penutup penulis sendiri mencoba untuk menggambarkan dengan skema aktivitas konsumtif masyarakat, dengan harapan para pembaca lebih mudah untuk memahami gaya hidup konsumtif dengan mempelajari teori Baudrillard yang dapat di lihat pada skema di bawah ini.


Sumber:
  • Yongky Gigih Prasetyo. 2014. Pesona Dunia Simulacra. Yogyakarta: Lembaga Ladang Kata
  • Ujang Sumarwan. 2003. Perilaku Konsumen (Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran). Bogor: Ghalia Indonesia.
  • Amir Piliang, Yasraf. 2004. Dunia yang dilipat : Tamasya Melampaui Batas-Batas Kebudayaan. Bandung: Jalasutra

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "J.P Baudrillard: Memahami Gaya Hidup Konsumtif dalam Kehidupan Sosial"

Post a Comment