Sosiologi Ekonomi: Bab 2 Pendekatan Sosiologis Tentang Ekonomi
BAB 2 PENDEKATAN SOSIOLOGIS TENTANG EKONOMI
A. Perbandingan Antara Pendekatan Ekonomi Dan Sosiologis
Dalam membandingkan pendekatan ekonomi dan sosiologis tentu hal yang diutamakan untuk kita ketahui yaitu apa yang di maksud dengan pendekatan itu sendiri. Pendekatan merupakan cara pandang dalam melihat sesuatu dengan landasan berpikir atau asumsi tertentu. Berikut ini adalah perbandingan antara pendekatan ekonomi dan sosiologi:
1. Konsep Aktor
Dalam anilis pendekatan ekonomi bahwa konsep aktor adalah individu. Pendekatan individu ini dalam analisi ekonomi berasal dari “utilitarianisme” yang maksudnya ialah individu merupakan mahkluk yang rasional. Dan ekonomi politik inggris yang dibangun atas prinsip “laissez faire, laissez passer”, yang maksudnya biarkan individu mengatur dirinya, karena individu tahu apa yang dimauinya.
Untuk memahami pendekatan ekonomi tetang aktor maka berikut penjelasannya. Aktor yang merupakan individu dan bersifat rasional, individu menentukan apa yang dimauinya dan apa yang diinginkannya, sehingga dalam proses ekonomi seperti prosuksi, distribusi, pertukaran serta konsumsi, maka perlu mempertimbangkan bagaimana dalam memproduksi suatu produk, untuk siapa yang akan diproduksi dan apakah akan laku untuk dipasarkan. Hal ini akan menjadi penghubung antara individu tadi. Pada pendekatan ekonomi ini hal yang paling ditekankan yaitu dengan adanya kaitan antara aktifitas individu attaupun masyarakat dalam proses terjalinnya ekonomi.
Sosiologi mengarahkan perhatiannya pada aktor yaitu sebagai kesatuan yang dikonstruksi secara social. Hal ini berbeda dengan pendekatan ekonomi, jadi sosiologi memandang aktor dalam suatu interaksi dan aktor dialam masyarakat, maksud aktor dalam suatu interaksi yaitu adanya hubungan diantara seseorang dengan orang lainnya yang mana invidu adanya keterlibatan dalam berinteraksi, dalam pendekatan sosiologi aktor dilihat sebagai suatu yang kreatif dalam menciptakan, mempertahankan serta merubah dunianya saat berinteraksi, kenapa demikian? Inilah pertanyaan yang paling tidak akan ditanyakan, nah dalam menjawab ini maka tentu kita harus memberikan sebuah analisa terhadap fenomena yang terjadi, dalam berinteraksi pasti kita menemukan yang namanya kritikan dari lawan interaksi kita, krritikan yang dilayangkan untuk kita itulah yang akan merubah atau mempertahankan sesuatu kreatifitas yang kita miliki.
2. Konsep Tindakan Ekonomi
Di dalam ekonomi, aktor di asumsikan mempunyai seperangkat pilihan dan preferensi yang telah tersedia dan stabil. Tindakan yang dilakukan aktor bertujuan untuk memaksimalkan pemanfaatan (individu) dan keuntungan (perusahaan). Tindakan tersebut dipandang rasional secara ekonomi. Hal ini berbeda dengan sosiologi. Weber mengemukakan bahwa tindakan ekonomi dapat berupa rasional, tradisional, dan spekulatif-irrasional.
- Tindakan ekonomi yang rasional ialah individu mempertimabngkan alatyang tersedia untuk mencapai tujuan yang ada.
- Tindakan ekonomi tradisional yang merupakan bersumber dari tradisi atau konvensi.
- Tindakan ekonomi spekulatif-irrasional merupakan tindakan yang berorientasi ekonomi yang tidak mempertimbangkan instrument yang ada dengan tujuan yang akan dicapai.
Perbandingan antara pendekatan ekonomi dan sosiologi pada konsep tindakan ekonomi yaitu:
- Ekonomi
- Ekonomi menganggap rasionalitas sebagai asumsi.
- Tindakan ekonomi dapat ditarik dari hubungan antara selera disatu sisi serta kuantitas dan harga dari barang dan jasa disisi lain.
- Ekonomi memberikan sedikit perhatian pada konsep kekuasaan karena tindakan ekonomi dipandang sebagai suatu pertukaran diantara yang sederajat.
- Sosiologi
- sosiologi melihat rasionalisme sebagai variable.
- Tindakan ekonomi sebagai suatu bentuk dari tindakan sosial.
- Penting untuk memasukkan kriteria kekuasaan terhadap control dan wewenang dalam pengambilan keputusan (verfuegungsgewalt) dalam konsep sosiologis dari tindakan ekonomi.
3. Hambatan pada Tindakan Ekonomi
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa Tindakan ekonomi dibatasi oleh selera dan kelangkaan sumberdaya, termasuk teknologi. Sedangkan sosiologi memperhatikan tidak hanya pengaruh kelangkaan sumberdaya, tetapi juga aktor-aktor lain yang akan memudahkan, memperlancar, menghambat, dan membatasi tindakan ekonomi dalam pasar. Tindakan ekonomi biasanya tidak berada dalam di ruang hampa, tetapi secara umum terjadi dalam konteks hubungan social dengan orang lain. Hubungan tersebut tidak hanya sekedar hubungan ekonomi. Pada umumnya perselisihan dalam dunia bisnis bersumber dari ketidakmampuan mempertahankan atau menjaga kepercayaan yang dimiliki dari satu pihak kepada pihak lain. Apabila suatu perselisihan telah terjadi maka akan menghambat terjadinya tindakan ekonomi.
4. Hubungan Ekonomi dan Masyarakat
Ekonomi menganggap masyarakat sebagai sesuatu yang diluar maksudnya sesuatu yang sudah ada (given). Sedangkan sosiologi memandang ekonomi sebagai bagian integral dari masyarakat. Sosiolog terbiasa melihat kenyataan secara holistik.
Dengan demikian sosiologi ekonomi selalau memusatkan perhatiannya pada :
- Analisis sosiologis terhadap proses ekonomi.
- Analisis hubungan dan interaksi antara ekonomi dan institusi lain dari masyarakat.
- Studi tentang perubahan institusi dan parameter budaya yang menjadi konteks bagi landasan ekonomi dari masyarakat.
5. Tujuan Analisis
Dalam analisis ekonomi lebih cenderung melakukan ramalan tentang masa depan dengan membentangkan kemungkinan kecenderung yang akan terjadi serta menjelaskan hubungan atau pengaruh antar variable. Sedangkan sosiologi lebih cenderung kepada deskripsi dan ekspalansi, dan sangat jarang melakukan prediksi.
6. Penerapan Metode
Ekonomi menggunakan metode yang ditunjukkan untuk penerapan hipotesa dan penggunaan model-model dalam bentuk matematik, oleh karena iru lebih sering menggunakan data resmi (data sekunder) dan tidak mempunyai data sendiri.
Sosiologi menggnakan metode seperti : hermeneutic, etnografi, dan fenomenologi termasuk metode historis dan perbandingan. Para sosiologi lebih sering mencari data sendiri dilapangan.
B. Teori Sosiologi Sebagai Pendekatan
Teori bukan merupakan tujuan suatu analisis, tetapi merupakan alat untuk memehami kenyataan atau fenomena, dalam hal ini ekonomi. Teori dibedakan dalam empat tingkatan, yaitu dua pada tingkatam makro dan dua pada mikro. Jika analisis dilakukan pada tataran individu/interaksi maka dikenal sebagi teori mikro, sedangkan pada tingkatan struktur maka dikenal dengan teori makro.
1. Teori Struktural Fungsional
Teori ini menjelaskan bagaimana berfungsinya suatu struktur. misalnya kemiskinan akan tetap ada sepanjang ia memiliki fungsi. Herbert Gans (1972) menemukan 15 fungsi kemiskinan bagi masyarakat Amerika, yaitu:
- Menyediakan tenaga untuk pekerjaan kotor bagi masyarakat.
- Memunculkan dana-dana sosial (funds).
- Membuka lapangan kerja baru karena dikehendaki oleh orang miskin.
- Memanfaatkan barang bekas yang tidak digunakan oleh orang kaya.
- Menguatkan norma-norma sosial utama dalam masyarakat.
- Menimbulkan altruisme terutama terhadap orang-orang miskin yang sangat membutuhkan santunan.
- Orang kaya dapat merasakan kesusahan hidup orang miskin tanpa perlu mengalaminya sendiri tanpa membayangkan kehidupan si miskin.
- Orang miskin memberikan standar penilaian kemajuan bagi kelas lain.
- Membantu kelompok lain yang sedang berusaha sebagai anak tangganya.
- Kemiskinan menyediakan alasan bagi munculnya kalangan orang kaya yang membantu orang miskin dengan berbagai badan amal.
- Menyediakan tenaga fisik bagi pembangunan monumen-monumen kebudayaan.
- Budaya orang miskin sering diterima pula oleh strata sosial yang berada di atas mereka.
- Orang miskin berjasa sebagai “kelompok gelisah” atau menjadi musuh bagi kelompok politik tertentu.
- Pokok isu mengenai perubahan dan pertumbuhan dalam masyarakat selalu diletakkan di atas masalah bagaimana membantu orang miskin.
- Kemiskinan menyebabkan sistem politik menjadi lebih sentris dan lebih stabil.
Bagi masyarakat Indonesia korupsi merupakan suatu hal fungsional, dengan mengikuti cara berpikir Gans tentang kemiskinan, dapat di temukan beberapa fungsi korupsi, yaitu:
- Katub penyelamat bagi orang yang mempunyai pendapatan rendah.
- Sarana bagi-bagi (redistribusi) Pendapatan.
- Cara singkat menjadi kaya
Asumsi Teori Struktural Fungsional
Menurut Pendapat Ralp Dahrendorf tentang asumsi dasar yang dimiliki oleh teori struktural fungsional:
- Setiap Masyarakat Terdiri Dari Berbagai Elemen yang Terstruktur Secara Relatif Mantap dan Stabil.
Berdasarkan pandangan teori structural fungsional, anda dapat dipandang sebagai elemen dalam masyarakat, seperti juga orang lain dalam elemen masyarakat. Setiam masyarakat yang terdiri dari berbagai elemen yang terstruktur secara relatif mantap dan stabil, karena apa yang dirasakan oleh masyarakat relative sama dari hari kehari, bulan ke bulan bahkan tahun ketahun dan sama sekali hamper tidak berubah, kalaupun berubah berubah secara perlahan atau yang lebih dikenal dengan perubahan yang evolusi.
- Elemen-elemen Terstruktur Tersebut Terintegrasi dengan Baik
Jaringan hubungan yang terpola mencerminkan struktur elemen-elemen yang terintegrasi dengan baik. Artinya, elemen-elemen yang membentuk struktur memiliki kaitan dan jalinan yang bersifat saling mendukung dan saling ketergantungan antara satu dengan lainnya, Hubungan itu bersifat saling mendukung dan saling ketergantungan dan membuahkan struktur elemen-elemen terintegrasi dengan baik.
- Setiap Elemen dalam Struktur Memiliki Fungsi, yaitu Memberikan Sumbangan pada Bertahannya Struktur itu sebagai Suatu Sistem
Sangat jelas bahwa setiap elemen dalam struktur memilik fungsi, apabila setiap sealah satu elemen tidak berfungsi maka akan terjadi kekacauan. Sebagai contoh : misalkan seorang dosen, seorang dosen ini memiliki tugas dan fungsi tersendiri, yang mana dosen ini merupakan tenaga kerja untuk mengajarkan para pendidik yang di didik olehnya. Jadi disini sama memiliki fungsi antara pengajar dan pendidik, dimana elemen struktur dosen itu memiliki fungsi untuk menstransfer ilmu pengathuan kepada para pendidik (mahasiswa). Dan mahasiswa juga memiliki fungsi yaitu sebagai agen perubahan dimasa mendatang. Itulah dua contoh yang sangat mudah dibayangkan. Jadi semua elemen yang ada mempunyai fungsi. Fungsi tersebut memberikan sumbangan bagi bertahannya suatu struktur sebagai suatu sistem.
- Setiap struktur yang Fungsional Dilandaskan pada Suatu Konsensus Nilai di Antara Anggotanya
Konsensus nilai bisa didapat dari kesepakatan yang telah ada didalam masyarakat, adat kebiasaan, dan tat perilaku. Misalnya sebuah struktur yang selalu mempengaruhi kita yaitu sebua desa yang mana kita bertempat tinggal dan memiliki struktur tersendiri dan bagaimana bisa berfungsi. Sebagai contoh, adanya gotong royong didalam sebuah desa dan masyarakat didalam desa itu sendiri adanya tugas masing-masing yang telah disepakati atau dengan kata lain adanya pembagian tugas uuntuk masing-masing anggota masyarakat.
1. Teori Struktural Konflik
Teori structural konflik menjelaskan bagaimana struktur memiliki konflik dan memiliki berbagai elemen yang berbeda. Elemen-elemen yang berbeda tersebut memiliki motif, maksud, kepentingan, atau tujuan yang berbeda-beda pula. Perbedaan tersebut memberikan sumbangan bagi terjadinya disintegrasi, konflik, dan perpecahan.
Asumsi Teori Struktural Konflik
Beberapa pendapat Ralp Dahrendorf (1986:197-198) tentang asumsi dasar yang dimiliki oleh teori structural konflik.
- Setiap masyarakat, dalam setiap hal, tunduk pada proses perubahan; perubahan social terdapat dimana-mana.
- Setiap Masyarakat, dalam setiap hal, memperlihatkan pertikaiandan konflik ; konflik social terdapat dimana-mana.
- Setiap elemen dalam suatu masyarakat menyumbang disintegrasi dan perubahan.
- Setiap masyarakat didasarkan pada paksaan dari beberapa anggotanya atas orang lain.
2. Teori Interaksionisme Simbolis
Teori ini memahami realitas sebagai suatu interaksi yang dipenuhi berbagai symbol, dalam kenyataanya yang menggunakan symbol-simbol termasuk kedalam interaksi interpersonal. Banyak individu secara aktif mengkonstruksikan tindakan-tindakanya dengan menyesuaikan diri dan mencocokkan berbagai macam tindakan dengan mengambil peran dan komunikasi symbol.
Asumsi Teori Interaksionisme Simbolis
Menurut Turner (1978:327-330) ada empat asumsi dari teori interaksionisme simbolis, yaitu :
- Manusia adalah makhluk yang mampu menciptakan dan menggunakan symbol.
- Manusia Menggunakan Simbol untuk Saling Berkomunkasi.
- Manusia Berkomunikasi Melalui pengambilan Peran (Role Taking).
- Masyarakat terbentuk, bertahan, dan berubah berdasarkan kemampuan manusia untuk berfikir , mendefinisikan, melakukan refleksi diri dan untuk melakukan evaluasi.
3. Teori Pertukaran
Teori ini melihat dunia sebagai arena pertukaran, tempat orang-orang saling bertukar ganjaran/hadiah. Apapun bentuk perilaku social tidak lepas dari soal pertukaran.
Asumsi Teori Pertukaran
- Manusia adalah makhluk yang rasional, dia memperhitungkan untung dan rugi. Sebagai mana yang telah dijelaskan pada permulaan pembahasan yang mana manusia ini mempertimbangkan Sesuatu apa yang diinginkannya. Karena manusia bersifat rasional jadi manusi tahu apa yang dia mau.
- Perilaku pertukaran social terjadi apabila: a) perilaku tersebut harus berorientasi pada tujuan-tujuan yang hanya dapat dicapai melelui interaksi dengan orang lain. b) perilaku harus bertujuan untuk memperoleh srana bagi pencapaian tujuan-tujuan tersebut.
- Transaksi-transaksi pertukaran terjadi hanya apabila pihak yang terlibat memperoleh keuntungan dari pertukaran itu.
Sumber:
Damsar. 2002. Pengantar Sosiologi ekonomi.
0 Response to "Sosiologi Ekonomi: Bab 2 Pendekatan Sosiologis Tentang Ekonomi"
Post a Comment