Sosiologi Ekonomi Bab 9 : Kapital
Ringkasan Sosiologi Ekonomi BAB 9 Kapital
A. Pengertian Kapital
Secara etimologis, kapital berasal dari kata “capital”yang akar katanya Latin, caput, berarti “kepala”. Sedangkan artinya dipahami, pada abad ke-12 dan ke-13, adalah dan, persediaan barang sejumlah uang dan bunga uang pinjaman (Berger, 1990 :20).
Lawang mengemukakan yang pertama capital (inggris) memang berarti modal, boleh dalam bentuk yang biasanya digunakan untuk belanja barang capital fisik yang memungkinkan sesuatu investasi dapat berjalan.kedua dalam bahasa Indonesia orang sering menggunakan istilah “modal dengkul” artinya tidak ada uang untuk dijadikan modal bagi belanja barang kapital fisik, kecuali tenaga orang itu sendiri, bisa sebagai tenaga fisik atau keterampilan dan di gabungkan keduanya.
Maka konsep kapital tidak diterjemahkan dengan modal. Ketiga merupakan alas an penulis sendiri, konsep kapital dikaitkan dengan investasi.oleh karena itu capital berhubungan dengan suatu proses yang cukup panjang, yang tidak bisa langsung digunakan seperti halnya “dengkul” yang ada di depan mata dan siap digunakan.
B. Kapital (Das Kapital)
Karl mark , capital dilihat sebagai bagian dari nilai surplus, yang diperoleh Kapital atau borjuis, yang mengontrol cara-cara produksi, dalam sirkulasi komoditas dan uang anatara proses produksi dan konsumsi (Brower, 1984 : Lin,2001).
Johnson (1986 :155) tentang hal ini : “seseorang yang mengendarai sebuah mobil tua yang harganya sebagian kecil dari harga sebuah mobil baruu di pasar (nilai tukar), tetapi yang melayani pemiliknya sebagai satu alat transportasi terpercaya yang tidak dapat diganti dengan uang uang pembelian dalam jumlah besar melebihi nilai pasar yang selayaknya utuk mobil tua itu”.
Dalam masyarakat Kapitalisme, buruh dapat dilihat sebagai sumber nilai guna dan juga nilai tukar. Sebagai sumber nilai guna, buruh menjai sumber kegiatan yang digunakan untuk produksi suatu barang tertentu untuk dipakai.
Sedangkan sebagai sumber nialai tukar, buruh dipandang sebagai masukan umum untuk proses produksi komuditas-komuditas yang dihasilkan tidak untuk pemakaian pribadi buruh itu sendiri atau pemakaian majikan, melainkan untuk dijual dalam sistem pasar yang bersifat impersonal, unjtuk ditukar dengan uang. Jadi sistem capital buruh dipandang sebagai komuditas yang dapat diperjualbelikan dalam pasar inpersonal seperti komuditas lain. Namun buruh mampu meproduksi nilai tukar lebih besar dari pada yang diminta untuk mempertahankan nilai ntukarnya itu.(Johnson, 1986 :155-156).
C. Kapital Sosial
1. Pengertian Kapital Sosial.
Kapital Sosial merupakan investasi sosial, yang meliputi sumberdaya sosial seperti jaringan, kepercayaan, nilai dan norma serta kekuatan menggerakkan, dalma struktur hubungan sosial untuk mencapai tujuan individu dan kelompok secara efisien dan efektif dengan kapital lainnya.
2. Kontroversi Pemahaman Kapital Sosial.
Kapital sosial, menurut Coleman (1990), memiliki berbagai bentuk , yaitu anatara lain : kewajiban dan harapan, potensi informasi, norma dan sanksi yang efekti, sehubungan otoritas, dan organisasi sosial yang bisa digunakan secara tepat.
Adapun yang dimaksud dengan investasi sosial adalah sumber daya sosial seperti jaringan, kepercayaan, niali, dan norma serta kekuatan menggerakkan. Kapiatal sebagai investasi sosial, oleh karena itu, memiliki aspek statistik dan dinamis. Aspek statistic dari capital sosial yaitu sumber daya sosial sedangkan aspek dinamis yaitu kekeuatan menggerakkan.
D. Kapital Budaya
Bourdieu (2005:16) sebagai selera bernilai budaya dan pola-pola konsumsi. Bourdien, Ritzer dan Goodman(2004:525), menjelaskan batasan capital budya sebagaia berbagai pengetahuan yang sah. kapital budaya merupakan kepemilikan kompetensi atau pengetahuan cultural yang menentukan selera bernilai budaya dan pola-pola konsumsi tertentu, yang dilembagakan dalam bentuk kualifikasi pendidikan.
Menurut Lawang (2004:16-18), Bourdieu Menjelaskan capital budaya dalam tiga dimensi : yaitu dimensi manusia yang wujudnya adalah badan, dimensi objek dalam bentukapa saja yang pernah dihasilkan oleh manusia, dan dimensi institusional, khususnya menunjuk pada pendidikan.
Berdasarkan perbedaan Kapital maka seseorang dapat dimasukkan ke dalam salah satu dari empat kelompok sosial:
- Tinggi baik pada capital Ekonomi, maupun Kapital Budaya.
- Tinggi dalam Kapital Ekonomi, rendah dalam Kapital Budaya.
- Rendah dalam Kapital Ekonomi tinggi dalam Kapital Budaya.
- Rendah baik dalam Kapital Ekonomi maupun dalam Kapital Budaya.
E. Kapital Simbolis
Bourdieu mengemukakan bahwa Kapital simbolik merupakan suatu bentuk Kapital ekonomi fisikal yang telah mengalami transformasi dan telah tersamarkan, menghasilkan efeknya yang tepat sepanjang menyembunyikan fakta bahwa ia tampil dalam bentuk-bentuk Kapital Material yang adalah pada hakikatnya sumber efek-efeknya juga.
Lee melukiskan hubungan capital simbolik dengan capital lainnya melalui proposisi : “ sebakin besar kepemilikan dan investasi modal pendidikan dan kuyltur, semakain artikulatif dan khas bentuk konsumsi cultural yang dilakukan, dan dengan demikian semakin besar pula hasil modal simbolis yang dapat diperoleh.
Persamaan dan perbedaan jenis kapital:
- Kapital Ekonomi: Perbedaanya terletak pada Langsung dan menjadi uang sedangkan persamaanya sama-sama membahas uang.
- Kapital Sosial: Perbedaannya Tidak langsung menjadi uang. Perlu kondisi tertentu. Kewajiban sosial, koneksi sedangkan persamaannya menjadi uang melalui pembentukan Kapital Ekonomi.
- Kapital Budaya: Perbedaanya tidak langsung menjadi uang. Perlu kondisi tertentu. Ijazah sertifikat dan laiinya.persamaannya menjadi uang melalui pembentukan kapital Ekonomi.
- Kapital Simbolis : Perbedaanya Tidak langsung menjadi uang. Perlu kondisi tertentu. Keterampilan mengatur simbol persamaanya menjadi uang melalui pembentukan kapital Ekonomi.
0 Response to "Sosiologi Ekonomi Bab 9 : Kapital"
Post a Comment