Mengenal Stratifikasi Sosial dalam Masyarakat
Teori stratifikasi sosial
Menurut weber, status sosial berbeda dengan kelas sosial, sebagai prinsip dasar mengenai stratifikasi. kelas sosial mengacu pada perbedaan dan kesenjangan secara ekonomis, sedangkan status sosial mengacu pada perbedaan yang menurut posisi individu di masyarakat, dan penghormatan kepada individu atas posisi status sosialnya di masyarakat. Status yang di maksud Weber merupakan, apa yang menjadi pandangan masyarakat. Stratsos, harus di pandang melalui kacamata objektif dan meneliti apa yang di pandang melalui kacamata subjektif.
Definisi Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial merupakan penggolongan kelompok masyarakat dalam berbagai lapisan-lapisan tertentu. Menurut etimologi bahasa, stratifikasi berasal dari bahasa Yunani yakni stratum, yang berarti lapisan. Pitirim A. Sorokin, mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam lapisan kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis) dengan perwujudannya adalah kelas tinggi dan kelas yang lebih rendah (Soekanto 1990).
Ukuran yang biasa dipakai untuk menggolong-golongkan anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan adalah sebagai berikut:
- Ukuran kekayaan. Barangsiapa yang memiliki kekayaan paling banyak, termasuk ke dalam lapisan atas. Kekayaan tersebut, misalnya, dapat dilihat pada bentuk rumah yang bersangkutan, kendaraan, cara-cara menggunakan pakaian serta bahan pakaian yang dipakai, kebiasaan untuk berbelanja barang-barang mahal dan seterusnya.
- Ukuran kekuasaan. Barangsiapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar, menempati lapisan atas.
- Ukuran kehormatan. Ukuran kehormatan tersebut mungkin terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan dan/ataukekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat tempat yang teratas. Ukuran semacam ini, masih banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka yang pernah berjasa.
- Ukuran ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan sebagai ukuran, dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan terjadinya akibat-akibat negatif. Karena ternyata bahwa bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, akan tetapi gelar kesarjanaannya. Sudah tentu hal demikian memacu segala macam usaha untuk mendapatkan gelar, walau tidak halal.
Setiap masyarakat mempunyai penghargaan terhadap nilai-nilai dan hal tertentu dalam masyarakat yang bersangkutan. Karena adanya penghargaan terhadap nilai-nilai dan hal tertentu tersebut, maka munculah stratifikasi sosial dalam masyarakat. Stratifikasi sosial lama kelamaan akhirnya dikenal masyarakat. Kemudian stratifikasi sosial itu diterapkan dalam lingkungan masyarakat. Pada dasarnya, stratifikasi sosial itu diterapkan dalam masyarakat untuk menyeimbangkan dalam hal pembagian hak-hak dan kewajiban serta tanggung jawab dalam pembagian nilai-nilai sosial dan pengaruhnya diantara para anggota masyarakat tersebut.
Maka dari itu stratifikasi sosial dalam masyarakat itu pada dasarnya penting. Tapi seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat sendiri membuat citra stratifikasi sosial itu menjadi buruk. Sebagian orang menyalahgunakan stratifikasi sosial untuk mencapai kekuasaan demi terpenuhinya kepentingannya sendiri. Disisi lain, masyarakat yang tak mengejar kekuasaan malah beranggapan kalau stratifikasi sosial itu yang membuat kesenjangan sosial dalam masyarakat. Mereka tak menyadari kalau sebenarnya yang menjadikan adanya kesenjangan sosial dalam hidup itu adalah mereka sendiri/ masyarakat. Masyarakat yang telah membuat citra stratifikasi sosial itu menjadi buruk dihadapan mereka sendiri.
Sampai saat ini, masih ada stratifikasi sosial dalam masyarakat. Walaupun sebenarnya yang mereka pikirkan sekarang adalah bukan stratifikasi sosial yang mulanya memang diterapkan untuk mencapai keseimbangan dalam masyarakat, tetapi bagaimanapun juga fungsi dasar dari stratifikasi sosial itu masih penting. Sekarang pokok permasalahan bukan dalam hal tersebut, tetapi bagaimana agar masyarakat itu menjadi pro terhadap fungsi dasar dengan diterapkannya stratifikasi sosial. Tidak ada masyarakat yang menganggap kalau stratifikasi sosial itu buruk dan tidak ada masyarakat yang menyalahgunakan stratifikasi sosial itu untuk hal yang buruk. Sehingga dengan tidak adanya kontra terhadap stratifikasi sosial, maka stratifikasi sosial itu akan berjalan sesuai dengan fungsi dasar/ tujuan awal diterapkan stratifikasi sosial dalam masyarakat.
Sesungguhnya apa yang mereka pikirkan akan memberikan hasil yang tak jauh berbeda dari pikiran mereka terhadap suatu hal tersebut. Maka, jika mereka beranggapan positif/baik terhadap stratifikasi sosial maka stratifikasi sosial itu sendiri akan membuahkan hasil yang positif/baik pula yang akan berguna untuk mereka sendiri kelak nanti.
Stratifikasi sosial masih penting agar dalam masyarakat tercapai keseimbangan dalam pembagian hak-hak dan kewajiban serta tanggung jawab dalam pembagian nilai-nilai sosial dan pengaruhnya diantara para anggota masyarakat tersebut. Menurut teori fungsionalis, stratifikasi sosial itu juga penting karena antara strata atas, menengah, bawah itu saling membutuhkan. Misalnya, buruh membutuhkan pekerjaan dan sebaliknya. Selain itu, stratifikasi sosial juga digunakan untuk menstabilkan sistem sosial dalam masyarakat. Stratifikasi sosial ibarat sebuah tangga.
Ada kelas bawah, kelas menengah, dan kelas atas yang merupakan sebuah sistem sosial dalam masyarakat. Jika semua orang ingin berada dalam tangga atas, maka tangga tidak akan seimbang dan lama-kelamaan akan retak. Begitupan didalam masyarakat, jika semua orang menduduki kelas atas maka sistem sosial dalam masyarakat lama-kelamaan akan retak/hancur juga. Adanya stratifikasi sosial itu untuk saling mengisi kekosongan/saling melengkapi dalam sebuah sistem sosial yang ada dalam lingkungan masyarakat tersebut. Masyarakatpun juga harus saling menghargai/ menghormati satu sama lain agar tercipta kehidupan yang baik pula.
0 Response to "Mengenal Stratifikasi Sosial dalam Masyarakat"
Post a Comment